Jakarta — Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa tren deflasi di Indonesia telah berakhir. BPS mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,08% (month to month/mtm) pada Oktober 2024, setelah lima bulan berturut-turut mencatat deflasi.
Menurut data dari Refinitiv, rupiah dibuka dengan sedikit penguatan sebesar 0,03% di level Rp15.685/US$ pada hari ini, Jumat (1/11/2024). Namun, tiga menit setelah pembukaan perdagangan, rupiah menunjukkan penurunan ke angka Rp15.710/US$.
Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) pada pukul 08:58 WIB mengalami penurunan tipis sebesar 0,03% di level 103,94, lebih rendah dibandingkan posisi sebelumnya yang tercatat di angka 103,97.
Pergerakan rupiah hari ini terjadi di tengah antisipasi pasar menjelang rilis data dari BPS yang akan diumumkan siang ini.
IHK Indonesia diperkirakan akan mencatat inflasi (month to month/mtm) pada Oktober 2024, setelah lima bulan mengalami deflasi. Konsensus pasar yang dihimpun oleh CNBC Indonesia dari 15 institusi memperkirakan inflasi IHK untuk Oktober 2024 sebesar 0,03% (mtm).
Jika IHK mencatat inflasi, ini akan menjadi inflasi pertama dalam enam bulan terakhir. Sebelumnya, Indonesia telah mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut, sebuah catatan yang hanya lebih buruk dibandingkan pada tahun 1999, saat Indonesia masih menghadapi dampak Krisis 1997/1998. Deflasi yang terjadi dari Mei hingga September 2024 menciptakan kekhawatiran mengenai melemahnya daya beli masyarakat.
Hanya dua dari 12 institusi yang memprediksi bahwa Indonesia akan kembali mengalami deflasi, yang akan memperpanjang tren deflasi yang terjadi sejak Mei 2024. Jika ini terwujud, Indonesia akan mengalami deflasi selama enam bulan berturut-turut.
Sementara itu, IHK secara tahunan (yoy) diperkirakan akan melandai di bawah level 2%, tepatnya di angka 1,67%, yang lebih rendah dibandingkan inflasi September 2024 yang tercatat sebesar 1,84% yoy.
TAGS: